Selasa, 28 Desember 2010

AS sewot setelah Brazil mengakui Palestina

Brazil Akui Negara Palestina 1967, AS Sewot

Pengakuan atas negara Palestina diharapkan mampu membendung ekspansi Israel, tapi AS dan Barat enggan mengakui Palestina

Pemimpin Fatah Nabil Sha'ath hari Jumat (3/12) menyambut keputusan Brazil yang mengakui negara Palestina dengan batas wilayah seperti ditetapkan tahun 1967.

"Ini adalah hari kegembiraan dan sukacita bagi rakyat Palestina dan Brazil. Ini merupakan pengukuhan persaudaraan antara rakyat kedua negara dan persahabatan dengan Presiden Lula da Silva," kata Sha'ath dalam sebuah pernyataan.

Brazil bergabung dengan hampir 100 negara yang telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Menurut Sha'ath, pengakuan adalah jalan tanpa kekerasan yang bisa dilakukan oleh masyarakat internasional untuk melawan pembangunan pemukiman ilegal oleh Israel, yang dianggapnya bisa mengancam solusi dua negara.

"Brazil membantu membangun jalan keadilan, kemerdekaan dan perdamaian di Timur Tengah."

Ketika melakukan kunjungan baru-baru ini ke Brazil, Sha'ath mengatakan bahwa Presiden Luiz InĂ¡cio Lula da Silva setuju untuk mengakui negara Palestina saat waktu yang tepat tiba.

"Teman kami Presiden Lula menepati janjinya, sebagaimana biasanya, dan kami senang dia telah memilih waktu yang tepat ini," kata Sha'ath, yang merupakan Kepala Komisi Hubungan Internasional Fatah.

Sementara itu negara sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, justru mengecam keputusan Brasil.

"Keputusan Brazil sangat disesalkan dan hanya akan merusak perdamaian serta keamanan di Timur Tengah," kata anggota Komite Urusan Luar Negeri Parlemen AS dari Partai Republik Ileana Ros-Lehtinen.

Ros-Lehtinen mengatakan, negara yang bertanggung jawab akan menunggu sebelum melakukan langkah tersebut, setidaknya hingga Palestina memulai pembicaraan langsung dengan Israel dan mengakui keberadaan negara Yahudi tersebut.

Keputusan Brazil juga memantik emosi dari perwakilan Partai Demokrat AS Eliot Engel, yang mengatakan bahwa keputusan tersebut adalah sesat serta mencerminkan hembusan kebijakan luar negeri terakhir Lula yang sebelumnya sudah keluar jalur.

Engel mengaitkan keputusan tersebut dengan "kemesraannya" dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan mengingatkan bahwa Brazil tengah membangun kekuatan sebagai suara vokal di dunia, namun melelui keputusan yang salah dengan langkah itu.

Komunitas internasional mendukung tuntutan Palestina bagi sebuah negara yang mencakup sebagian besar Jalur Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur, semua wilayah tersebut diduduki Israel lewat Perang Enam Hari pada 1967.

Namun, AS dan sebagian besar pemerintah Barat telah menunda pengakuan Palestina sebagai negara. Alasannya, mereka akan mengakui proses tersebut bila diiringi dengan proses negosiasi kesepakatan perdamaian dengan Israel.
source : hidayatullah.com

Foto: Presiden Lula saat peresmian nama Jalan Brazil, di depan kantor pusat Otorita Palestina di Ramallah Maret lalu (Maan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar