Kantor Berita resmi Iran pada hari Kamis kemarin (13/1) menyiarkan wawancara lengkap terhadap seorang tahanan anak muda yang mengaku membunuh seorang ilmuwan nuklir Iran tahun lalu.
Anak muda bernama Majid Jamali Fash menjelaskan dengan panjang lebar kunjungannya ke Tel Aviv dan Gianyar, untuk mendapat pelatihan yang ia terima di kantor pusat Mossad dan hari pembunuhan yang ia lakukan.
Pemerintah Iran menyatakan minggu ini bahwa lebih dari 10 orang ditangkap atas kecurigaan bahwa mereka telah membunuh fisikawan senior Iran Profesor Massoud ali-Mohammadi menggunakan sepeda motor yang dipasang bom dan diletakkan di dekat rumahnya pada tanggal 12 Januari 2010.
Dalam pengakuannya tersangka utama dalam pembunuhan itu, Majid Fash Jamali, 28 tahun, bahkan diletakkan di depan kamera untuk berbicara tentang rekrutmen dirinya oleh Mossad.
Dalam wawancara, yang disiarkan minggu ini, Fash menceritakan bagaimana ia mengunjungi Tel Aviv dan telah dilatih oleh Mossad pada metode untuk melakukan operasi peledakan. Pengakuan penuh itu ditayangkan di Iran pada hari Kamis kemarin.
Jamali Fash tidak menggunakan kata 'Mossad' dalam menjelaskan pengakuannya, ia hanya membahas kunjungan yang diduga terjadi di Israel dan bertemu dengan pejabat Israel yang disebut bernama "Johnny, Omer dan Mickey," yang melatihnya untuk misi tersebut.
Dalam wawancara dia menjelaskan mengapa dia setuju untuk bergabung dengan Mossad, dan pernyataan membuatnya tampak seperti ia tidak tahu siapa target pembunuhan nya.
Selain itu ia mengeluh bahwa aksinya hanya dibayar setengah dari jumlah yang telah disepakati. "Saya dijanjikan 50.000 dolar, tetapi mereka hanya membayar saya setengah jumlah yang ada dan saya tidak tahu apa yang terjadi."
"Nama saya Majid Jamali Fash, dan saya pertama kali berkenalan dengan dinas intelijen Israel sekitar tiga tahun yang lalu, ketika saya bepergian ke Istanbul untuk kedua kalinya," kata pria muda itu dan menambahkan bahwa selama perjalanannya ke Turki, seorang yang bernama Radfur mendekatinya.
Dia menyatakan bahwa Radfur disarankan menyertai dirinya ke konsulat Israel di Istanbul di mana ia mendapat banyak pertanyaan dan diberikan berbagai bentuk aplikasi untuk diisi.
"Saya masuk ke kamar, tetapi kami dipisahkan dan saya mengalami banyak pertanyaan," tambah tersangka Iran itu.
"Sebelum itu, saya diberi berbagai bentuk rincian kerjasama saya, yang saya isi. Tentu saja, saya tidak melihat siapa pun dan kami hanya berbicara melalui mikrofon."
Dia menyatakan bahwa Israel membayar kamar hotelnya selama satu minggu selama ia tinggal di Istanbul dan akhirnya mengirimnya kembali ke Iran untuk mengumpulkan informasi intelijen tentang "tempat tertentu".
Tiga bulan kemudian Jamali Fash kembali ke Turki di mana ia bertemu anggota Mossad yang mengontaknya, Bahram.
"Pada kunjungan berikutnya mereka memberi saya tes polygraph. Seorang dokter Israel dan seorang juru bahasa Iran ada di sana, termasuk Bahram", ucap Jamali.
Jamali Fash mengklaim bahwa itu adalah poin penting di mana agen Mossad melatih dirinya tentang cara untuk mengumpulkan informasi intelijen di tempat umum. (Source : Eramuslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar