Minggu, 06 Februari 2011

Thousands of Europe's Roman Catholic Leaving Church


Puluhan ribu penganut agama Roma-Katolik Eropa berbondong-bondong meninggalkan gereja sebagai akibat skandal pelecehan seksual.

Angka persisnya adalah: Belanda 23 ribu, Jerman 123 ribu dan Austria 80 ribu. Ini baru angka dari tahun lalu saja. Yang di Jerman berhubungan dengan pendapatan gereja, sementara yang di Belanda diakibatkan rusaknya citra gereja.

Angka di Belanda ini dipublikasikan Kaski, sebuah pusat kajian agama dan kehidupan masyarakat Universitas Radboud Groningen. Ini terjadi terutama di kalangan muda, usia 20 hingga 40 tahun.
Sementara di tahun 2009, jumlah orang yang meninggalkan gereja hanya seperempatnya.
Menurut Kaski, jumlah ini masih akan bertambah karena tidak semua paroki bersedia memberi angka.

Jemaat meninggalkan gereja terutama karena berita-berita tentang pelecehan seksual. Tapi menurut Jean-Pierre Wils, guru besar teologi Belanda, itu bukan satu-satunya alasan:

"Seseorang yang sebelumnya tidak pernah berpikir untuk meninggalkan gereja, tidak akan melakukannya karena satu alasan itu. Sementara di lain pihak, orang yang sudah berpikir untuk hengkang, cuma mencari-cari alasan tambahan untuk memutuskan hubungan dengan gereja," ujar Jean Pierre Wils dikutip Radio Nederlan.

Memperkuat
Bagi Jean-Pierre Wils, batasnya adalah dua tahun lalu ketika gereja memutuskan kembali mengampuni persaudaraan Pius X (http://www.stpiusx.be/). "Saya tidak sudi jadi anggota organisasi yang mentolerir ekstrimis macam itu," demikian Wils. Skandal pelecehan seksual baginya hanya memperkuat alasan meninggalkan gereja.

Wils bisa menilai situasi Eropa dengan baik karena dia lahir di Belgia, bekerja di Belanda dan tinggal di Jerman.

Sementara di Belanda gelombang eksodus meninggalkan gereja sudah berlalu, di Jerman dan Belgia masih berlangsung.
"Di Jerman, setiap tahunnya ada saja orang membatalkan keanggotaan karena harus membayar pajak gereja. Di Belgia, hal ini juga berlangsung cepat." Situasi di Belgia bisa diikuti di internet. Banyak forum online dimana sesama warga Belgia memberi saran tentang hal tersebut.

Masa Lalu Suram

Salah satu yang membuka mulut di forum adalah John Kessel (55). Ia orang Belanda, namun tinggal di Belgia. Bertahun-tahun lamanya Kessel menjadi korban pelecehan seksual seorang bruder dari biara Saint Louis di sebuah desa Belanda, Oudenbosch.
Ia memutuskan menuangkan kisahnya dan meninggalkan gereja di (), untuk meninggalkan masa lalunya yang tercoreng. Namun ia terhambat peraturan gereja.

"Saya mendengar dari keuskupan Breda bagaimana caranya menarik diri dari daftar jemaat di gereja. Namun ternyata itu belum cukup. Nama Anda diberi keterangan tambahan dalam daftar jemaat. Pesannya adalah, Anda harus memikirkan sesama manusia dan kekristenan Anda, serta melupakan boneka-boneka berkedok uskup itu," ujar Kessel.

Angka Relatif

John Kessel tidak mau lagi bersusah payah untuk membatalkan keanggotannya di gereja. Ia sudah menjauh dari gereja, namun tetap beriman. Ceritanya juga menunjukkan bahwa angka jemaat yang meninggalkan gereja Roma Katolik relatif kecil.
Di tahun 2009 ada sekitar 4.212.000 jemaat yang terdaftar di gereja katolik Belanda. Mundurnya 23 ribu orang tidak membawa dampak finansial buat gereja Katolik Roma.

Tapi di Jerman lain lagi, karena itu akan berdampak pada bekurangnya subdsidi terhadap gereja. Di Belanda, ada dana pemerintah untuk pemeliharaan monumen dan pendirian proyek sosial kemasyarakatan, dan itu tidak bergantung pada jumlah jemaat yang terdaftar. Menurut penelitian tahun lalu, ada 1700 warga katolik yang menghentikan keanggotaannya.

Selibat

Pengunduran diri jemaat di Belanda, Belgia, Jerman, Swiss dan Austria menurut teolog Jean-Pierre Wilss tidak membawa perubahan besar.

"Semua seruan, misalnya pekan lalu dari wakil parlemen Jerman untuk menghapus selibat, ternyata ditolak mentah-mentah. Saya rasa semua orang yang memimpikan gereja menjadi lebih liberal harus siap menerima kenyataan bahwa semua itu cuma ilusi. Institusi ini tidak akan berubah," ujar Wills.

(Sumber : Hidayatullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar