RIYADH - Perekonomian Irlandia pada tahun 1986 adalah dalam keadaan miskin. Hampir satu dari lima dari angkatan kerja menganggur, utang nasional tiga kali lipat pada periode yang sama dan utang / rasio GNP meningkat dari 88 persen menjadi 148 persen dan output nasional pada tahun 1986 tidak lebih tinggi dari enam tahun sebelumnya. Yang terburuk, 24 ribu pekerja menjadi pengangguran.
Kieran Forde, lahir dalam keluarga Katolik yang taat di sebuah desa di Irlandia, merasakan kesuraman itu. Lulus kuliah fakultas pertanian, ia menjadi pengangguran.
Ia berpikir, beremigrasi tampaknya menjadi jalan keluar dari situasi mendung yang mengungkungnya. Dengan sekelompok teman-temannya, ia mulai berburu pekerjaan ke luar negeri. Surat lamaran disebarnya ke seluruh negeri. Teman-temannya memenuhi panggilan-panggilan kerja: di Selandia Baru, Eropa, hingga Amerika Serikat. Namun bagi Forde, tak ada yang terasa mantap di hatinya.
Ia baru merasa tergerak saat menerima panggilan dari surat lamaran yang dikirimkannya ke sebuah lembaga di Arab Saudi. "Negeri itu pada kurun 1980-an sedang giat-giatnya membangun sektor pertanian," ujarnya.
Pemerintah Saudi telah memulai program untuk memodernisasi dan mengkomersialkan pertanian. Dukungan besar-besaran pemerintah dilakukan pada infrastruktur, termasuk pasokan listrik, irigasi, drainase, sistem jalan sekunder, dan sarana transportasi lainnya untuk distribusi dan pemasaran produk.
Maka ia angkat kopor meninggalkan negerinya, dan bergabung dengan Masstock Saudia di Riyadh pada divisi penjualan.
Kariernya menanjak di perusahaan itu, hingga terakhir menjadi direktur strategi. Forde berfokus pada pngembangan SDM pertanian Saudi. Ia menggarap anak-anak muda untuk menekuni pertanian. Orang muda, katanya, jauh lebih berpendidikan sekarang daripada ketika ia pertama kali datang.
"Kami mencoba merekrut dari Saudi pada tahun 1980-an tapi tidak bisa menemukan orang melampaui tingkat SMA. Sekarang mereka jauh lebih canggih."
Di satu sisi, ia tertantang dengan pekerjaan yang dilakukan. Di sisi lain, ia merasakan ketenangan batin luar biasa berada di antara kaum Muslim di negeri Muslim.
"Satu hal yang saya terkesan dengan ketika saya datang ke sini adalah nilai-nilai keluarga, mereka benar-benar memukul saya," katanya.
Ia menemukan kesamaan besar antara hubungan keluarga yang akrab di Arab dengan masyarakat perdesaan di Irlandia, tempatnya berasal. Namun, sentuhan Islam membuatnya terlihat lebih menariknya.
Forde, dengan kesadarannya sendiri, akhirnya memilih masuk Islam.
"Saya sangat terkesan dengan mengingat Allah dan nilai-nilai agama, semua hal. Beda dengan agama lain, Islam merasuk di semua sendi kehidupan," ujarnya.
Di sela-sela kerja, ia giat menimba ilmu Islam. "Saya sempat terpikir untuk menjadi seorang imam, sekembalinya saya ke Tanah Air saya," katanya.
Namun, suratan takdir berkata lain. Ia terpikat seorang gadis lokal, dan kemudian menikah.
"Sekarang 70 persen hati saya ada di sini," ujarnya. Sesekali ia mengunjungi tanah kelahirannya bersama anak-anak dan istrinya. "Keluarga saya sangat welcome terhadap anak-anak dan istri saya."
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar