Muslim Mesir di Masjid Imam Hussein di kota Kairo. |
KAIRO – Mengambil manfaat dari kampanye kaum Kristen, namun tidak tergerus dalam keyakinan mereka. Itulah gambaran masyarakat Muslim di Mesir.
Misionaris Barat telah lama melakukan kampanye untuk mengkristenkan Muslim Mesir, namun tanpa hasil. Misionaris Amerika dan Inggris melanjutkan upaya kristenisasi Muslim Mesir melalui proyek pemberantasan buta huruf dan perbaikan kondisi hidup, hampir seratus tahun lamanya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Barbara Dobbs, dari Universitas Wilfrid Laurier, Kanada, mengatakan Muslim Mesir, tetap teguh memegang iman. “Mereka tidak akan berpindah agama. Orang Mesir Muslim yang murtad menjadi Kristen sangat jarang terjadi,” kata Dobbs, sebagaimana dilansir koran Al-Sharq Al-Awsat, Selasa (5/4).
Para misionaris Amerika dan Inggris ini kemudian mengubah gaya kampanyenya, mereka menggunakan teknik penyederhanaan dan penjinakan. Tujuannya untuk menyampaikan pesan cinta Kristus yang bersatu dengan keesaan Allah. “Namun pesan ini mengakibatkan konsekuensi yang kompleks dan serius bagi orang Mesir,” lanjut Dobbs.
Pada awal abad ke-19 di Amerika Serikat muncul berita gembira tentang seorang penginjil yang membawa berita gembira bagi semua makhluk di dunia. Dengan mengandalkan teks-teks dalam Alkitab, ia menyebarkan pesan agar seluruh manusia berkelana di dunia dan memberitakan Injil kepada setiap orang.
Sebagaimana disebutkan dalam penelitian Barbara Dobbs, kepercayaan ini pun sampai ke Mesir karena dibawa oleh sekelompok misionaris Amerika pada 1854, ketika Mesir berada di bawah kekuasaan Ustmani. Dan aktivitas misionaris ini berlanjut ketika Mesir berada di bawah pendudukan Inggris, yang berakhir pada pertengahan abad lalu.
Dobbs mengatakan, salah satu penyebab kegagalan misionaris Amerika dan Inggris di Mesir karena mereka tidak menerima pelatihan dan pendidikan tentang sikap dan perspektif budaya masyarakat Mesir. “Mereka (kaum misionaris) tidak menyadari esensi sistem masyarakat atau nilai untuk memilih cara yang mereka khotbahkan. Terdapat perbedaan besar antara nilai Kristen dan Islam, dan pola kehidupan masyarakat Mesir,” ujarnya.
Meskipun didukung dana dalam jumlah besar dan periode yang berlangsung selama sekitar seratus tahun, Muslim Mesir yang murtad menjadi Kristen adalah sesuatu yang sangat langka. Padahal para misionaris memulai usaha mereka dengan membangun sekolah-sekolah, rumah sakit dan klinik medis, juga pengembangan program pemberantasan buta huruf di daerah pedesaan.
Selain itu, mereka juga menggelar program bantuan pangan dan ternak, serta mengurangi penyebaran penyakit endemik. Namun tetap saja tanpa hasil. Menurut Dobbs, salah satu faktor penting yang membuat Muslim di Mesir kukuh dalam berislam adalah keberadaan Universitas Al-Azhar.
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar